Tuesday, April 28, 2009

Melipatgandakan Kekuatan Jaring Laba-laba

Seung-Mo Lee/MPI Halle
Selasa, 28 April 2009 | 12:12 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Jaring laba-laba terbukti lebih ringan dan lebih kuat daripada baja. Kekuatannya ternyata masih dapat dilipatgandakan dengan meyisipkan partikel-partikel logam tertentu.

Seung-Mo Lee dari Max Planck Institute of Microstucture Physics di Halle, Jerman berhasil meningkatkan kekuatan jaring laba-laba hingga dua kali lipat. Satu helai jaring laba-laba yang telah direkayasa sanggup mengangkat beban seberat 27,5 gram.

Ia dan timnya menemukan bahwa hal tersebut dapat dilakukan dengan menyisipkan partikel seng, titanium, atau aluminium. Lee juga tengah menguji coba pengaruh partikel logam lainnya.

Teknik tersebut disebut atomic layer deposition. Mereka tidak hanya melapisi bagian luar jaring laba-laba dengan partikel-partikel logam tersebut namun juga menyisipkan ion logam ke dalamnya sehingga bereaksi dengan struktur protein jaring laba-laba.

Ide tersebut terinspirasi penelitian yang menunjukkan bahwa bagain-bagain tubuh hewan yang keras ternyata mengandung unsur logam. Misalnya, rahang semut pemotong daun yang mengandung seng berkadar tinggi.

Kekuatan jaring laba-laba telah membuat takjub para ilmuwan sejak lama. Namun, untuk membuatnya dalam jumlah besar sulit dilakukan secara alami mengingat laba-laba yang hidup dalam pemeliharaan seringkali cenderung kanibal. Sebagai solusinya, para ilmuwan masih berupaya mencari cara alternatif meniru pembuatan jaring laba-laba artifisial.

WAH

Komentar : Emang alam menuimbulkan banyak ide yang tinggal ditiru.  Sayangnya orang lebih suka mengeruk alam untuk mendapat keuntungan secara instan ketimbang menjaga kelestariannya dan mempelajari isinya.

Sunday, April 26, 2009

BATAN Sudah Bisa Mengolah Limbah Nuklir

Senin, 20 April 2009 | 19:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) Semenajung Muria Jawa Tengah tahun 2016 menimbulkan
kekwatiran banyak pihak. Salah satu yang menjadi pusat perhatian adalah
soal dampak limbah yang dihasilkan dari reaktor nuklir.

Persoalan ini ternyata telah ditangani oleh Sigit, peneliti Badan
Peneliti Tenaga Nuklir (BATAN), Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir
(PTBN) Serpong yang hari ini (20/4) dikukuhkan sebagai profesor riset di
Gedung BATAN, Jakarta. Proses daur ulang limbah tersebut dibacakan
sebagai orasi ilmiah dengan judul Proses Kering Daur Ulang Bahan Bakar
Nuklir dan Prospeknya di Indonesia.

"Daur ulang bahan bakar nuklir adalah suatu proses menggunakan kembali
bahan bakar nuklir uranium dan plutonium yang diperoleh dari recovery
bahan bakar bekas ke dalam reaktor sebagai tambahan produksi energi,"
kata Sigit.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa daur ulang yang dilakukan pada kondisi
kering, diartikan tidak menggunakan pelarut organik dan fase cair.
Sedangkan olah bahan bakar nuklir itu sendiri adalah proses pemungutan
kembali uranium dan plutonium dari bahan bakar bekas di mana kelongsong,
hasil fisi, transuranium dan bahan terkontaminasi lainnya menjadi limbah
radiaktif aktifitas tinggi.

Pemisahan uranium dan plutonium sangat sensitif karena plutonium
merupakan bahan untuk membuat sengaja nuklir. "Indonesia tidak melakukan
hal ini karena telah menandatangani perjanjian non proliferasi, di mana
iptek digunakan hanya untuk maksud damai, bukan untuk persenjataan,"
ungkap Sigit.

Dengan pengukuhan ini Sigit yang menjadi orang 262 dalam Komunitas
Peneliti Nasional dan Professor Peneliti ke-40 di BATAN. Dua peneliti
BATAN lain yang juga dikukuhkan sebagai Profesor Riset adalah Sugiarto
untuk Bidang Polimerisasi Radiasi sebagai orang ke-260 dan 38 dan Surian
Pinem pada Bidang Fisika Reaktor Nuklir sebagai orang ke-261 dan 39.
Mereka dikukuhkan oleh Kepala LIPI selaku Ketua Majelis Pengukuhan
Profesor Riset Umar Anggoro Jeni.

ONE
Komentar : Gimana cara mendaur ulang dalam kondisi kering ya?

Modal Dasar PLTN Sudah Dikuasai

KOMPAS/LASTI KURNIA
Senin, 20 April 2009 | 19:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Guna mendukung pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN) di Semenanjung Muria Jawa Tengah 2016 maka
dibuatlah 3 unit reaktor riset, yang salah satunya adalah Reaktor
RSG-GAS di Serpong. Dua kegiatan utama dalam Reaktor RSG-GAS tersebut
adalah Manajemen Teras dan Fisika Reaktor.

Di balik kesuksesan dua kegiatan utama tersebut ada sosok Surian Pinem,
yang hari ini (20/4) dikukuhkan menjadi Profesor Riset Bidang Fisika
Reaktor Nukir bersama 2 peneliti Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di
Gedung BATAN, Jakarta (20/4).

"Optimasi reaktor RSG-GAS, merupakan modal dasar untuk menuju pada
pemahaman dan penguasaan teknologi desain dan keselamatan teras reaktor
PLTN pertama di Indonesia," kata Surian saat orasi ilmiahnya yang
berjudul Litbang Manajemen Teras dan Fisika Reaktor RSG-GAS untuk
Mendukung PLTN Pertama di Indonesia.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tujuan manajemen teras adalah membentuk
konfigurasi teras berikutnya yang aman dan mewakili tujuan desain,
seperti reaktifitas lebih yang cukup untuk satu siklus operasi.
Sedangkan kegiatan litbang fisika reaktor meliputi faktor perlipatan
efektif, nilai reaktifitas, batang kendali, fluks dan spektrum neutron,
dan parameter kinetik.

"Dengan demikian, perhitungan fisika reaktor dan manajemen teras
memegang peranan yang sangat penting dalam pengoperasian reaktor nuklir
yang aman dan handal. Keduanya bisa dikatakan jiwa dari keselamatan
teras reaktor nuklir," kata Surian.

Dengan pengukuhan ini Surian yang menjadi orang 261 dalam Komunitas
Peneliti Nasional dan Profesor Peneliti ke-39 di BATAN. Dua peneliti
BATAN lain yang juga dikukuhkan sebagai Profesor Riset adalah Sugiarto
Danu di bidang Polimerisasi sebagai orang ke-260 dan 38 dan Sigit untuk
Bidang Teknik Kimia urutan ke-262 dan 40. Mereka dikukuhkan oleh Kepala
LIPI selaku Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset Umar Anggoro Jeni.

ONE

Komentar : Moga2 semua hasil riset dan pengembangan ini cepat dirasakan
hasilnya bagi bangsa Indonesia.

Teknologi Pengecetan Radiasi Lebih Ramah Lingkungan

Senin, 20 April 2009 | 15:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Teknologi radiasi nuklir ternyata dapat dipakai
untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi proses pelapisan permukaan.
Pemanfaatan teknologi tersebut bahkan dinilai ramah lingkungan dan jauh
lebih efisien dibandingkan dengan cara konvensional.

Radiasi yang dipakai dalam proses pelapisan produk industri adalah
radiasi untraviolet (UV) dan berkas elektron. Komponen utama bahan kimia
pelapis pada proses konvensional terdiri dari komponen pembentuk lapisan
(film forming components) dan komponen pembantu (auxiliary components).
Sedangkan bahan pelapisan dengan pemadatan secara radiasi terdiri dari
resin (prapolimer/oligomer tak jenuh), monomer, dan aditif.

Uraian di atas merupakan bagian dari orasi Sugiarto Danu dalam rangka
pengukuhannya sebagai Profesor Riset bidang Polimerisasi Radiasi di
Gedung Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Jakarta, Senin (20/4).

"Proses pelapisan ini diaplikasikan untuk berbagai produk industri,
misalnya bahan bangunan seperti cat, mebel, otomotif, peralatan rumah
tangga dan barang-barang cetakan," kata Sugiarto yang adalah ahli
peneliti utama bidang polimerisasi radiasi di BATAN.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa penggunaan teknologi radiasi ini tidak
mencemarkan lingkungan karena bahan pelarut yang pelapisnya tidak
menggunakan bahan pelarut yang mudah menguap sehingga menimbulkan
pencemaran udara. Sedangkan efisiensinya, katanya, ditunjukkan dengan
pemadatan yang sangat cepat sehingga kapasitas produksi jauh lebih besar.

Memasuki era globalisasi dan kesadaran yang semakin tinggi tentang
pentingnya lingkungan, berhasil memberikan dorongan untuk meluaskan
penggunaan teknologi ini di masa datang, ungkap Sugiarto yang judul
orasinya Status dan Perkembangan Aplikasi Teknologi Radiasi untuk
Pelapisan Permukaan berbagai Produk Industri di Indonesia.

Dengan pengukuhan ini, Sugiarto yang menjadi orang 260 dalam Komunitas
Peneliti Nasional dan Professor Peneliti ke-38 di BATAN. Dua peneliti
BATAN lain yang juga dikukuhkan sebagai Profesor Riset adalah Suriah
Pinem di bidang Fisika Reaktor Nuklir sebagai orang ke-261 dan 39 dan
Sigit untuk Bidang Teknik Kimia urutan ke-262 dan 40. Mereka dikukuhkan
oleh Kepala LIPI selaku Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset Umar
Anggoro Jeni.

ONE

Komentar : Namun tukang lapisnya harus orang yang disiplin terhadap
prosedur keselamatan kerja terhadap radiasi. Dalam kenyataannya di
Indonesia, orang naik perahu saja banyak yang enggan memakai jaket
pelampung.

BATAN Tambah 3 Profesor Riset

Senin, 20 April 2009 | 15:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Hudi
Hastowo mengakui ada gerakan antinuklir di Indonesia terkait rencana
pembangunan Pembangkit Listik Tenaga Nuklir (PLTN) jenis Pressurized
Water Reactor (PWR) pada tahun 2016 di Semenanjung Muria, Jawa Tengah.

Namun, dikatakan Hudi, keraguan tersebut telah dijawab oleh orasi dua
profesor hari ini, dalam sambutan pengukuhan 3 profesor riset dari Batan
di Gedung BATAN, Jakarta, Senin (20/4). Kedua profesor yang dimaksud
Hudi adalah Surian Pinem untuk Bidang Fisika Reaktor Nuklir dan Sigit di
Bidang Teknik Kimia.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa orasi yang disampaikan Surian bisa
menjamin keamanan reaktor nuklir PLTN setelah Surian bersama para
peneliti Batan sukses mengoperasikan reaktor riset RSG-GAS yang memiliki
daya 30 MW di Serpong.

Sedangkan Sigit, kata Hudi, telah berhasil melakukan pengolahan limbah
PLTN. "Tidak perlu khawatir bahaya limbah karena bisa disimpan dan
diolah kembali. Ini menjawab kekhawatiran banyak pihak tentang dampak
limbah dari PLTN," kata Hudi.

Untuk peneliti Batan ketiga yang dikukuhkan menjadi profesor riset
adalah Sugiarto Danu. Ia adalah peneliti utama bidang polimerisasi
radiasi. Penelitiannya dapat mendorong industri (bahan bangunan, mebel,
otomotif) di Indonesia, khusunya untuk proses pelapisan permukaan.

Pengukuhan ketiga profesor riset hari ini menunjukkan konsistensi Batan
dalam penelitian, pengembangan, dan penerapan tenaga nuklir di Indonesia.


ONE
Komentar : Kalau umpama dulu Presiden Soekarno tidak berpikiran jauh
kedepan, nggak mungkin Indonesia punya BATAN.

Obama Jadi Nama Spesies Baru Lumut Kerak

J. C. Lendemer
Minggu, 19 April 2009 | 16:06 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Nama Presiden Amerika Serikat Barack Obama
diabadikan menjadi nama spesies liken atau sering disebut lumut kerak
yang baru ditemukan. Liken tersebut ditemukan tahun 2007 di Pulau Santa
Rosa, California.

"Saya menamainya Caloplaca obamae untuk menunjukkan penghargaan atas
dukungan terhadap sains dan pendidikan sains oleh Presiden," ujar
penemunya, Kerry Knudsen, kurator liken dari Universitas California yang
mempublikasikan temuannya itu dalam jurnal Opuscula Philolichenum edisi
Maret. Caloplaca obamae merupakan spesies pertama yang mengabadikan nama
Obama.

Liken pada dasarnya merupakan hasil simbiosis mutualisme antara jamur
dan alga yang tumbuh bersama. Strukturnya seperti lumut namun bentuknya
seperti daun kering sehingga disebut lumut kerak.

Caloplaca obamae hidup di tanah, pertumbuhannya sangat lambat, dan
siklus hidupnya sampai beberapa tahun. Spesies tersebut sebelumnya
terancam punah karena maraknya peternakan di pulau tersebut sehingga tak
ada tanah kosong yang "perawan".

"Namun, dengan dikuranginya ternak saat ini, ia mulai berkembang
kembali," ujar Knudsen. Saat ini tinggal populasi rusa yang
dikhawatirkan mengganggu karena berkembang iak sangat pesat.

Saat ini ada sekitar 17.000 spesies liken yang telah ditemukan di
seluruh dunia. Sekitar 1500 di antaranya ada di California. Lebih dari
300 spesies ada di Pulau Santa Rosa dan sebagain besar endemik hanya
ditemukan di pulau tersebut.

"C. obamae memberi pelajaran kepada kita bahwa mungkin spesies liken dan
tumbuh-tumbuhan unik di Pulau Santa Rosa bisa punah tanpa pengetahuan
mengenainya, apalagi sejak peternakan masuk ek wilayah tersebut sejak
tahun 1850-an," jelas Knudsen.

WAH
Sumber : LIVESCIENCE

Komentar : Sebenarnya lumut kerak itu banyak sekali manfaatnya untuk
obat-obatan, kosmetik, pangan dan sebagainya. Di Indonesia ada
berjenis-jenis lumut kerak namun hanya sedikit atau malah mungkin tidak
ada ahli lumut kerak di Indonesia, karena orang lebih suka minyak dan
batubara.

Iran Kloning Kambing untuk Membuat Obat Stroke,ISNA

Kamis, 16 April 2009 | 10:58 WIB

ISFAHAN, KOMPAS.com — Ilmuwan Iran sukses mengkloning kambing untuk
pertama kalinya. Keberhasilan ini menambah daftar sukses Iran dalam
penguasaan bioteknologi.

Seekor anak kambing betina hasil kloning yang diberi nama Hana lahir
hari Rabu (15/4) di Kota Isfahan, Iran bagian tengah. Kloning dilakukan
Royan Research Institute yang dipimpin Dr Mohammed Isfahani.

"Dengan kelahiran Hana, Iran termasuk lima negara di dunia yang bisa
mengkloning kambing," ujar Isfahani yang merupakan pakar embriologi.
Pada tahun 2006, Iran juga sukses menjadi negara pertama di Timur Tengah
yang dapat mengkloning domba.

Penelitian kloning merupakan salah satu ambisi Iran untuk menjadi pusat
iptek di Timur Tengah pada tahun 2025. Iran tengah memacu penelitian
dalam bidang kedokteran, antariksa, dan nuklir.

"Kloning domba dan hewan lainnya menjadi dasar penelitian kedokteran
tingkat lanjut, antara lain menggunakan hewan kloning untuk menghasilkan
antibodi bagi manusia untuk melawan penyakit," ujar Isfahani.

Ia mengatakan, tujuan kloning kambing kali ini adalah untuk
mengembangkan obat untuk mengobati penyakit stroke. Penelitian kloning
hewan di Iran didukung penuh para ulama, meski kloning pada manusia
dilarang.

WAH
Sumber : AP

Komentar : Senang melihat ada negara yang kuat tradisi keagamaannya
namun rakyatnya menguasai ilmu pengetahuan secara bersamaan.

Pendahuluan

Situs ini berisi artikel-artikel sains. Semuaya sebatas wacana dan tidak dijamin kebenaran dan pemahamannya oleh pembaca.